Rabu, 27 April 2011

Sebutir Klepon Sialan

By Mahrus Husain


Bagiku menjadi santri adalah sebuah keniscayaan yang tidak perlu dipikirkan lagi. Aku lahir di lingkungan pesantren dan ayah ibuku juga. Orang-orang di desaku adalah santri semuanya. Saking santrinya, sarung dan kopyah adalah pakaian wajib mereka walaupun sedang ngopi di warung, berada di pasar, atau menengok sawah. Ketika bulan puasa tiba, tidak terlihat satu warung pun yang berjualan makanan. Bila ada, mereka buka secara sembunyi-sembunyi karena malu. Jadi bagiku hidup nyantri sudah aku lakoni sejak lahir dan tidak pernah berkutat dengan pencarian. Karena begitu menginjak usia remaja aku pun dipesantrenkan oleh ayahku. Tapi aku baru beberapa tahun yang lalu hafal tahlil. Itu karena didaulat oleh warga untuk memimpinnya di tempat tinggalku sekarang.
Lain halnya dengan pak Sus, pensiunan pegawai sebuah BUMN yang istiqamah mengikuti segala kegiatan keagamaan bersamaku. Dalam usianya yang sudah berkepala tujuh beliau masih aktif mengikuti semua kegiatan keagamaan di kampung. Katanya dulu waktu mudanya belum banyak mengamalkan agama. Hari tuanya digunakan untuk belajar dan mengamalkan semua kegiatan keagamaan.
Termasuk salah satu diantaranya ialah tahlilan secara bergilir dari rumah ke rumah setiap minggunya, beliau tidak ketinggalan. Pak Sus tidak pernah mempermasalahkan apakah tahlilan itu bid’ah atau bukan. Apalagi menggugat dalilnya. Orang-orang semacam pak Sus ini tergantung siapa yang mengajak; bila yang mengajak orang aswaja, maka beribadahlah ia sebagaimana orang aswaja melakukannya. Jika yang mendakwahinya orang salafi, maka keyakinannya sebagaimana keyakinan orang salafi. Saya yakin jika seandainya saya suruh dia makmum sama seorang ustadzah, dia akan ho-oh saja. Tapi dalam hal hafal tahlilan, kira-kira lebih duluan dia daripada aku.
* * *
Syahdan malam itu giliran acara tahlil keliling di rumahku. Istriku mempersiapkan makanan ringan yang dihidangkan di malam tahlilan. Beberapa panganan disuguhkan. Memang dalam acara ini disepakati agar semua tuan rumah yang mendapatkan giliran tidak menyuguhkan nasi, walaupun dengan lauk yang sangat sederhana, seperti sambal terong misalnya.
Dan tiba waktunya istirahat, pak Bambang pembawa acara bersuara di mikrofon, “Acara sementara di-skors.” Akupun mempersilahkan para tamu tahil untuk menikmati hidangan ala kadarnya.
Siapa sangka ditengah acara istirahat, sebuah insiden terjadi. Pak Sus -yang giginya tinggal beberapa- tersedak. Tenggorokannya tak bisa menelan klepon. Heboh, perhatian hadirin tertuju pada Pak Sus yang mendelik-mendelik berjuang melepaskan ganjalan di tenggorokannya. Kira-kira sampai seperempat jam adegan ini terpaksa diperankan oleh Pak Sus. Baru kemudian pak Yono berinisiatif untuk memukul tengkuknya berkali-kali sampai klepon itu melesat dari mulut. Dan ‘wussss’, kleponnya mencelat. Sialnya lagi, benda itu jatuh di sarung mas Yudho yang duduk di seberang sana. Kontan Mas Yudho memegangi ujung sarung dan lari keluar rumah untuk mengenyahkan klepon yang sudah bau naga.
Istriku yang berada di ruang dapur cemas bukan kepalang karena merasa bertanggung jawab atas hidangannya.
Ooooalah klepoon, klepoon!

Senin, 25 April 2011

Cemoe… Hangat dan Nikmat di Malam Hari



Cemoe Cemoe merupakan makanan sejenis ronde atau angsle yang sangat familiar di daerah Magetan - Madiun dan sekitarnya.
Kalo di desa saya di Magetan cemoe terbuat dari kuah santan yang dicampur dengan irisan roti tawar dan kacang oleng (kacang klici). Kuah santannya sendiri dibuat dari air dan santan yang dididihkan dengan tambahan daun pandan untuk aroma wanginya serta gula dan garam secukupnya.
Cemoe ini sangat nikmat jika disajikan dalam keadaan hangat, cocok sekali untuk daerah Magetan yang hawanya relatif dingin di malam hari. Apakah Anda tertarik untuk mencobanya???

Pizza Jambu

Misuh-misuh bergizi nggak bikin orang sakit hati
Beberapa Abad lalu, saya pernah kerja di Koran Harian Preketek (jelas iki ngawur ). Saya hanya bertahan tiga bulan, karena saya keburu meloncat ke genteng, eh meloncat ke media lain yang menjanjikan. Ceileee….

Koran Harian Preketek ini, ownernya bukan orang Media, dia hanya latah manfaatin momentum kebebasan pers dengan bikin koran. Bisnis utama dia sebenarnya adalah PIJAT. Iya…beneran. Tapi Panti Pijatnya bukan kelasnya Mami Arifin yang langganannya para sopir truk itu…, tapi dia punya panti pijat di luar negeri, salah satunya di benua antartika sama antartiki (ngawur maneh iki).

Nah, entah mentang-mentang saya gemuk, atau gimana, saya sering jadi sasaran empuk kalau dia pas ngomel. Dan disinilah benang merah, benang wol, benang ko
lornya, kalau ditelusuri gaya misuh-misuh saya selama ini, saya adopsi dari Pak Bos satu ini. Sebut saja, Aseeeem, Jambuuuu, Teloooo, Teeewel dll.
Misalnya Pak Bos marah contohnya gini; “Kamu itu Aseeeem, sudah dibilangin ngeyel! Jambuuuuu, saya harus bilangin berapa kali!”
Hihihi… biar dimarahin gitu, saya nggak sakit hati. Soalnya, yang dimarahin khan si Jambu yach!

Seperti biasa, giliran rapat pagi, nih temen-temen pada sport ja
ntung. Soalnya ada aja yang dipanggil ke ruangannya. Buat dikasih SARAP –AN. Nah, pagi itu, dia datang bawa Pizza. Tuh, baunya menuhin satu ruangan, mana ruangan dia, sengaja dibuka.

“Manda, sini kamu!” teriak bos dari pegupon
“Duh, kok aku yang ketiban truk molen!” *jalan sambil ngesot

Saya pun mencoba berpositif thingking. Nih bos pasti mo sharing pizza, asoy pakde.
Mulailah khotbah pagi ..blaaa..blaaaaa..blaaaa. Trus dia berhenti, ambil satu slice pizza yang sosisnya mentol-mentol, bikin mata kayak kena glaukoma. Ya ampun, tega bener makan nggak pake nawarin. Tuh yang diomongin makin nggak jelas.
“Jadi..yemm..yemmm, tulisan kamu tentang jamu… yemm..yemmm, saya nggak suka….yemm..yemmm!”
Embokkkkkk, kalau suruh denger omelannya sumpeh saya kuat biar 24 jam juga. Tapi kalau ngomelnya pake acara yemm..yemmm, mana pizza pula. Mana tahan Pak de!

Akhirnya selesai ngomelnya, dan saya ditawarin juga. Tapi sodara-sodara, kali ini saya tolak. Lha gimana, saya menyaksikan dengan mata, hidung, telinga… tuh kalo ngomong muncrat-muncrat, yakin dah, 1000 persen pizzanya dah kena vitamin z, alias zorok or jorseeeee! Pas saya nolak, eh malah dia jadi nggak enak hati.

“Cuman diingetin gitu aja sakit hati, sampai nolak pizza!”
“Ehemm.. gpp pak! Saya wong ndeso nggak biasa makan pizza (plus bonus muncratan, huekkk)!”
"Yo wis..sana kamu, nih bawa Pizzanya, bagiin ke temanmu!”

Hueehuee, saya pun melenggang bak peragawati model baju hamil, glenak-glenuk.”Woii..pizza, rek!”

Nggak sampai satu detik, itu pizza large ludes, bahkan paprika, dan bombay yang tercecer di dusnya amblas pulak. Tiba-tiba si bos keluar dari ruangan. Dan deketin saya.

“Ingat ya, kamu kalo ngeyel terus, tak pecel!” bernada ancaman yang membuat lapar.

Hidiiih… temen-temen sekantor yang denger langsung mengkeret. Sambil pura-pura sibuk, ada satu temen yang nyeletuk. “Wiiih…. Kita bakal Bancakan Pecel Kuda Nil, nih!”

“Oalaaaaa… Aseeeeeeeeemmmmmm, Pak de!!
Nb: In memoriam Koran Harian Preketek - 2004

dongkrek, kesenian rakyat madiun

dongkrekapa itu dongkrek? nama dongkrek terinspirasi dari bunyi alat musik yg mengiringinya. bunyi 'dung' berasal dari bedug, dan bunyi 'krek' berasal dari alat musik yg disebut korek. kalo bedugnya ya sama dg bedug2 yg biasa kita liat di masjid (cuman mungkin ukurannya lebih kecil). yg menarik itu korek, korek ini nggak ada padanannya di kesenian lain, cuman ada di dongkrek. sehingga jadi ciri khas seni dongkrek. klik aja gambarnya untuk memperbesar.

peralatan musik dongkrek: bedug, korek, kentongan, kenong, gong besi, gong kempul, kendang. peralatan topeng dongkrek: topeng orang tua, topeng putri, topeng gendruwo/buto, juga topeng masyarakat dan gendongan.

dongkrek adalah kesenian rakyat, yg bisa dimainkan oleh anak2. dongkrek mempunyai filosofi untuk mengusir pegeblug atau wabah penyakit yg mengganggu masyarakat, juga untuk tolak bala, serta mengurangi keburukan.

sejarahnya, dongkrek dulu dipopulerkan tahun 1910 oleh R. Bei Lo Prawirodipura, seorang palang(?) di daerah caruban. dongkrek punya banyak versi: dari madiun selatan, dari takeran, sampai dari ngawi juga ada. semua versi itu untuk kebaikan, kan filosofinya untuk tolak bala, untuk mengurangi keburukan.

tahun 1973, dongkrek digali dan dikembangkan oleh dinas P dan K kabupaten madiun dan dinas P dan K propinsi jawa timur. tahun 1980 diadakan garap tari oleh pak suwondo, kepala seksi kebudayaan kabupaten madiun. tapi semakin lama dongkrek ini semakin tenggelam, jadi nggak terkenal. baru mulai tahun 2002 dongkrek dibawa kelompok seni "condro budoyo" mengikuti festival2 ke luar madiun, termasuk ke festival cak durasim, surabaya. bahkan sampek tampil di istana segala.

dongkrek dongkrek dongkrek
dongkrek dongkrek
dongkrek dongkrek dongkrek

Obyek Wisata Di Kabupaten Madiun

Waduk Widas

• Lokasi di Kecamatan Saradan, berjarak 40 km kearah timur dari kota Madiun.
•  Luas waduk 860 Km2
•  Fasilitas Wisata yang ada berupa wisata air pemancingan, taman main anak anak, kios, dermaga dan beberapa perahu speed boot namun jumlahnya terbatas, selain itu dapat dikembangkan menjadi olah raga air, dapat dibangun lapangan olah raga tenis, loco trip (kereta) didalam hutan, tempat penginapan, rumah makan. Pengelolaan saat ini oleh Jasa Tirta

Wana Wisata GRAPE


• Lokasi Taman rekreasi ditepi hutan ini merupakan wilayah KPH Madiun dengan luas 1,5 Ha ,
•  Fasilitas yang ada mainan anak, hall untuk pertemuan dan Hutan Wisata
 

Monumen Kresek


• Luas 2 Ha ini, terdiri dari : monumen dan relief tentang keganasan PKI pada tahun 48 di Madiun
•  Fasilitas yang ada, pendopo tempat istirahat , taman tanaman langka dan dilengkapi pula areal parkir,.
•  Lokasi monumen ini berada 8 km kearah timur dari kota Madiun,

Taman Rekreasi Umbul


•  Merupakan taman peninggalan Belanda untuk peristirahatan .
•  Lokasinya Desa Glonggong, berjarak 20 km dari kota Madiun kearah selatan/Ponorogo.
•  Fasilitas yang ada seperti Kolam renang air belerang, kebon binatang mini Pesangrahan (gedung pertemuan)dengan kapasitas untuk 500 kursi, penginapan dengan jumlah 28 kamar, rumah makan,warung, tempat bermain anak, beberapa peninggalan kuna Hindu/Budha berupa patung sapi dan sumber air belerang,
 

Air Terjun Seweru/Kedung Malem atau Air Terjun Serondo


Lokasi air terjun ini terletak di Dusun Seweru Desa Kare Kec.Kare di wilayah perkebunan kopi kandangan , berjarak 15 Km ke Timur dari kota Madiun dengan luas obyek wisata 6 Ha dilereng Gunung Wilis yang keadaannya masih sangat perawan.

Peninggalan Sejarah Nglambangan

Situs peninggalan ini berlokasi di desa Nglambangan Kecamatan Wungu , tepatnya 8 km kearah Timur Kota Madiun menuju Dungus. Lokasi ini digunakan upacara ritual pada saat bulan syuro Terdapat peninggalan peninggalan pada jaman Mojopahit berupa : Pura Lambangsari, Pesiraman dan disekitar tempat tersebur ada beberapa tempat keramat antara lain :Rumah Eyang Kromodiwiryo, Watu Dakon yang dulu digunakan untuk menyimpan pusaka, punden lambing kuning, Lumbung selayur, Sumur kuno dan sendang jambangan.

Minggu, 24 April 2011

Masjid Sewulan, Situs Tua dan Keramat di Madiun

Bulan ramadhan adalah salah satu bulan yang istimewa (sayyidu asy syuhur) bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bulan ini merupakan bulan, dimana untuk pertama kalinya kalam ilahi tersampaikan kepada Muhammad SAW sekaligus menjadi pertanda lahirnya  Islam, agama Ibrahimiyah yang terakhir. Di bulan ini pula anugerah lailat al Qodr secara acak disusupkan oleh Tuhan untuk melengkapi berbagai rahmat, kemuliaan dan barokah yang dicurahkanNya di bulan ini. Saking istimewanya bulan ini, sampai sampai Muhammad berani menjamin, jika ada orang yang “sekedar senang” saat tibanya bulan ini, maka api neraka enggan menyentuh tubuhnya. Karena itulah, sebagian kaum muslim memanfaatkan betul kesempatan ini khususnya di hari-hari terakhir dengan beriktikaf di Masjid.
Bagi sebagian pegiat iktikaf (riyadhoh), pilihan masjid menjadi pertimbangan khusus. Masjid-masjid tua dan bernuansa keramat sering menjadi tujuan utama untuk beriktikaf. Di kawasan Madiun bagian selatan, selain Masjid Agung Baitul Hakim yang berhadapan dengan alun-alun Kota Madiun, ada tiga masjid yang dianggap keramat. Ketiga masjid tersebut adalah Masjid  Nur Hidayatullah (Kelurahan Kuncen, Kota Madiun), Masjid  Donopuro (Kelurahan Taman, Kota madiun) dan Masjid Agung Sewulan (Desa Sewulan, Kabupaten Madiun). Ketiga masjid tua tersebut setidaknya memiliki dua kesamaan, yakni sama-sama memiliki bangunan dengan prototipe Masjid Demak dan sama-sama “memiliki” areal makam tua.
Masjid Sewulan yang berada sekitar 6 km arah selatan dari Kota Madiun merupakan masjid yang didirikan oleh Raden Mas Bagus Harun (Kiai Ageng Basyariyah). Masjid yang juga sering disebut dengan Masjid Basyariyah ini didirikan pada tahun 1740 M/1160 H. Masjid kecil ini awalnya hanyalah masjid dengan bangunan sederhana. Kemudian pada tahun 1921, Masjid yang berada di Desa Sewulan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun ini direnovasi dan “diresmikan” pertama kalinya oleh KH Qolyubi Bin Ilyas, Penghulu Surabaya yang juga salah satu keturunan dari Kiai Ageng Basyariyah. Selanjutnya Masjid ini juga mengalami sedikit renovasi pada bagian serambi (gote’an) utara dan selatan di  akhir kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Karena merupakan situs bersejarah dan banyak dikunjungi para peziarah, kawasan Masjid ini “dilirik” oleh Badan Purbakala Mojokerto dan dijadikan sebagai salah satu cagar budaya. Badan purbakala tersebut bersama-sama dengan pengurus takmir dan warga sekitar juga membuat lahan parkir baru seluas 860 meter persegi yang hingga tulisan ini diturunkan kini masih dalam tahap finishing.
Kasawan Desa Sewulan dan sekitarnya dulunya adalah tanah perdikan (tanah pemberian raja yang bebas pajak) yang diberikan oleh Sultan Mataram kepada Kiai Ageng Basyariyah. Nama “sewulan” diambil dari kata sewu wulan (seribu bulan). Nama ini ada kisahnya yang sarat dengan tirakat dan karomah yang diangugerahkan Allah kepada Kiai Ageng Basyariyah.
Konon, Kiai Ageng Basyariyah dianugerahi songsong (payung) sakti oleh Raja Mataram yang dipergunakan untuk memilih tanah perdikan bagi Kiai Ageng Basyariyah dan anak turunnya. Awalnya, Kiai Ageng Basyariyah melarung payung tersebut di sebuah sungai di kawasan Bang Pluwang, Nglengkong, Sukorejo, Ponorogo. Namun atas titah gurunya (Kiai Hasan Besari), Kiai Ageng Basyariyah disuruh mencari kembali payung tersebut ke arah timur. Setelah menemukan tempat dimana payung sakti tersebut muncul, Kiai Ageng Basyariyah disuruh untuk mengembangkan Islam di sana. Selama berbulan-bulan Kiai Ageng Basyariyah mencari payung tersebut hingga tiba bulan Ramadhan. Tepat di malam lailat al Qodr, Kiai Ageng Basyariyah bertemu kembali dengan payung sakti miliknya. Karena ditemukan pada malam lailat al Qodr (yang juga diartikan sebagai malam seribu bulan), Kiai Ageng Basyariah menamai tanah perdikan tersebut dengan nama “Sewulan” dan mulai mendirikan masjid di dan mengajarkan Islam di situ.
Untuk masuk ke kompleks masjid ini,  ada dua jalur yakni jalur utara dan jalur timur.  Jalur utara hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan menerobos kompleks SMA Basyariah. Adapun jalur timur jalannya lebih lebar dan bisa dilalui kendaraan roda empat. Di jalur timur ini terdapat pintu Gapuro dengan kubah mungil di bagian atap tengah. Di bawahnya terdapat tulisan “Sewulan” sebagai pertanda masuk di kawasan Masjid Sewulan. Di bagian dalam gapuro, di sebelah kanan kiri, terdapat papan tulisan yang dibuat oleh Badan Purbakala untuk menjelaskan bahwa kawasan ini di bawah pengelolaan  “negara”.
Setelah masuk ke dalam, di bagian sebelah kiri  nampak sebuah gapuro lebih kecilbertuliskan Makam  Kyai Ageng Basyariyah. Di depannya terdapat bangunan yang biasanya dipakai peziarah untuk beristirahat. Menurut  Masrukhan, salah seorang peziarah, bangunan ini adalah bangunan paling baru di kompleks masjid ini. Secara fungsional, bangunan baru tersebut menopang dua serambi Masjid yang juga kerap difungsikan sebagai gote’an (tempat istirahat sejenak) bagi para peziarah.
Yang menarik dari masjid ini adalah keberadaan kolam tempat bersuci (wudhu dan mandi) bagi jamaah. Masjid pada umumnya, menempatkan areal untuk bersuci di bagian samping atau dalam masjid. Di Masjid Sewulan ini, temapt untuk bersuci di tempatkan tepat bagian depan tengah. Itulah mengapa serambi masjid ini tidak ditempatkan di depan. Kolam ini seakan menyiratkan pesan bahwa untuk beribadah di masjid ini “kesucian” harus didahulukan.
Masjid ini menurut HM Baidhowi, salah seorang sesepuh di Sewulan sarat dengan makna simbolis. Misalnya atap berundak tiga yang menaungi bangunan utama memiliki makna bahwa setelah seseorang  mengaku Islam maka tidaklah cukup hanya dengan bersyariat saja maka sebaiknya di teruskan dengan 3 tingkat yang selanjutnya, yaitu; Thoriqoh, Ma’rifat dan hakekat.  Induk Masjid yang memiliki 4 pintu dan 5 jendela ini juga memiliki makna, yakni pentingnya menguasai babagan howo songo. Sementara 4 tiang masjid yang menyangga  induk masjid menyimbulkan empat madzhab. Artinya, masjid ini sekaligus juga menjadi tempat untuk mengajaran pemahaman sunny.
Secara formal, seperti masjid pada umumnya, Masjid ini dikelola oleh takmir (yang mengurusi masalah administratif) dan imam (pemangku masjid yang berperan sebagai imam utama atau disebut juga sebagai imam rowatib). Berikut estafet kepemimpinan Imam Rowatib Masjid Al-Basyariyyah sejak zaman Kiai Ageng Basyariyah hingga sekarang.
1.        Kyai Ageng Basyariyah (Kyai Ageng Sewulan I)
2.        Kyai Ageng Maklum Ulama(Kyai Ageng Sewulan II)
3.        Kyai Ageng Mustaram I (Kyai Ageng Sewulan III)
4.        Kyai Muh Abror
5.        Kyai ‘Abdul Karim I
6.        Kyai Muh Na’im Sudomo
7.        Kyai ‘Abdul Malik (1942-1948)
8.        Kyai Muh Qomaruddin (1948-1994)
9.        Kyai’Abdul Karim II (1994-2002)
10.    Kyai Ma’sum Chasbulloh (2002- sampai sekarang)
Sumber tertulis :
Drs. HM. Baidowi, Kanjeng Kyai Ageng Basyariyyah, R. Mas Bagus Harun Sewulan Bangsa Harya : Pendiri Perdikan Sewulan-Dagangan- Madiun

BREM MADIUN

Brem merupakan jajanan khas asli dari Madiun. 
Brem adalah makanan yang berasal dari sari ketan yang dimasak dan dikeringkan, merupakan hasil dari fermentasi ketan hitam yang diambil sarinya saja yang kemudian diendapkan dalam waktu sekitar sehari semalam.
Sensasi makanan ini muncul ketika makanan dimasukkan ke dalam mulut akan langsung mencair dan lenyap meninggalkan rasa 'semriwing' di lidah.

Dikenal beberapa bentuk brem yang dikenal di pasaran, berupa makanan dan minuman. Brem berupa makanan terkenal dari Madiun dan Wonogiri, sedangkan yang berupa cairan berasal dari pulau Bali dan Nusa Tenggara.

Bentuk pertama yang lebih dulu dikenal adalah makanan tradisional khas yang berasal dari kota Caruban, Kabupaten Madiun, dan berasal dari dua desa penghasil: Bancong dan Kaliabu. Brem dikemas berbentuk lempengan agak kekuningan, rata-rata berukuran kurang lebih 15 cm x 5 cm x 0,5 cm. Untuk lebih memaksimalkan pemasarannya, brem kini dikemas dalam bentuk kecil kecil seukuran permen, sehingga mudah untuk dikantongi. Biasanya pada sekitar tahun 80-an, brem dalam bentuk ini dijual asongan oleh para pedagang di sekitar stasiun-stasiun di kereta api di daerah Jawa Timur.
Brem bentuk kedua berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah, berbentuk lempeng pipih bundar dengan diameter rata-rata 5 cm dan ketebalan sekitar 0,3 cm. Brem asal Wonogiri berwarna putih dan proses pengeringannya melalui dijemur langsung dibawah panas terik matahari selama tiga hari.

Selain itu ada juga Brem yang berbentuk cair berasal dari Bali dan Nusa Tenggara, brem asal bali berwarna putih seperti susu sedangkan yang berasal dari Nusa Tenggara berwarna merah.

Brem padat merupakan makanan tradisional dari hasil pemekatan dan pengeringan cairan tapai ketan. Bahan baku yang umumnya digunakan dalam pembuatan brem padat adalah beras ketan putih. 


Brem berguna untuk meremajakan kulit, menghilangkan jerawat dari dalam.

Sejarah Nasi Pecel

Pecel adalah makanan khas Kota Madiun Jawa Timur Indonesia yang terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, tauge, kacang panjang, kemangi, daun turi, krai (sejenis mentimun) atau sayuran lainnya yang dihidangkan dengan disiram sambal pecel. Konsep hidangan pecel mirip dengan hidangan salad dari Eropa. Keduanya sama-sama menggunakan sayuran segar sebagai bahan utama dan menggunakan topping. Perbedaanya adalah, jika salad menggunakan mayonaise sebagai topping, maka pecel menggunakan sambel pecel. Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah dan cabe rawit yang dicampur dengan bahan lainnya seperti daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica dan garam. Pecel sering juga dihidangkan dengan rempeyek kacang, rempeyek udang atau lempeng beras. Selain itu pecel juga biasanya disajikan dengan nasi putih yang hangat ditambah daging ayam atau jerohan. Cara penyajian bisa dalam piring atau dalam daun yang dilipat yang disebut pincuk. Masakan ini mirip dengan gado-gado, walau ada perbedaan dalam bahan-bahan yang digunakan. Rasa pecel yang pedas menyengat menjadi ciri khas dari masakan ini.




Variasi pecel menurut daerah



Banyumas

Di wilayah Banyumas, pecel sering pula dibubuhi dengan bahan-bahan (sayuran) yang berbau merangsang. Di antaranya, ditaburi dengan biji-biji lamtoro atau irisan bunga kecombrang yang telah dikukus.




Tegal

Nama pecel punya arti berbeda di daerah Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Pecel tidak disajikan dalam bentuk sayur-sayuran, melainkan berbentuk rujak. Pecel versi daerah Slawi terdiri dari buah-buahan segar seperti jambu, nanas, pepaya, dan mangga serta disirami dengan saus gula merah kental.



Tulungagung

Berbeda dengan Pecel Madiun, Pecel Tulungagung lauknya tidak selengkap Pecel Madiun, serta bumbunya sangat banyak.



Kediri

Pecel Kediri lebih unik lagi karena biasanya aroma kencurnya agak kurang namun rasa cabe merahnya mantap sehingga lebih manis gurih dan pedas. Di kediri biasanya sambel pecelnya disandingkan dengan sambel tumpang yang terbuat dari cabe dan tempe busuk (tempe kemarin) dan santan serta laos yang direbus dan dikentalkan dengan tepung beras. Rasanya makin mantap dan unik. Sambel pecel Kediri yang saat ini sangat digemari dan telah didistribusi ke berbagai pelosok nusantara antara lain adalah sambel pecel merk Miraos

Sekilas Riwayat Kota Madiun

Pada 20 Juni 2010 Kota Madiun memperingati hari jadi ke-92 sebagai wilayah swapraja. Meskipun belum genap satu abad, perjalanan sejarahnya telah berlangsung selama lebih dari empat ratus tahun, melintasi masa pemerintahan Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram, Hindia Belanda, pendudukan militer Jepang sampai Republik Indonesia.

Madiun dalam genggaman Pajang dan Mataram
Penaklukan Kerajaan Gagelang oleh Sultan Trenggana dari Demak pada tahun 1529, mengawali masa kekuasaan politik bercorak Islam atas wilayah Madiun. Gagelang dapat disamakan dengan Madiun sekarang. Saat ini terdapat sebuah desa yang bernama Glonggong di Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Nama desa itu boleh diduga sebagai perubahan bentuk kata dari Gagelang.

Kesuksesan penaklukan Gagelang berkaitan erat dengan kefanatikan dan semangat untuk menyebarluaskan agama Islam. Latar belakang tersebut mendorong kalangan sipil Demak, seperti alim ulama, perajin, dan pedagang untuk memasuki dinas militer atau membentuk kelompok-kelompok bersenjata. Para penghulu, yang berfungsi sebagai pemangku hukum syariat dan imam masjid, juga membentuk kelompok bersenjata. Keuntungan dari masuknya para kiai dalam dinas militer adalah hukum syariat dan fungsi imam masjid dapat segera dijalankan di daerah-daerah yang baru ditaklukkan. Boleh jadi hal ini yang melatarbelakangi pengangkatan Kiai Reksa Gati sebagai wakil Kesultanan Demak di Madiun. Selanjutnya Kiai Reksa Gati membangun pusat kegiatannya di sebuah tempat di tepi barat Kali Madiun, sekitar 3-4 Km dari Kota Madiun. Tempat itu dikenal dengan nama Sogaten, yang berarti kediaman Reksa Gati. Sekarang tempat tersebut merupakan bagian dari Kelurahan Sogaten, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun.

Selama hampir 40 tahun lamanya Kiai Reksa Gati menjadi pengawas dan mensyiarkan agama Islam di wilayah Madiun. Ketika Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546, timbul persaingan mengejar kekuasaan tertinggi di antara dua raja bawahan Demak, yaitu Raja Pajang, Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggana) dan Raja Jipang, Aria Penangsang (kemenakan Sultan Trenggana). Namun Kiai Reksa Gati tetap bersikap netral. Persaingan itu dimenangkan Raja Pajang. Selanjutnya Pajang menegakkan kekuasaan atas kerajaan-kerajaan bawahan Demak lainnya. Kerajaan bawahan atau lainnya yang menolak mengakui kekuasaan Pajang, ditaklukkan dengan kekerasan.

Pada masa kekuasaan Pajang inilah untuk pertama kalinya dibentuk pemerintahan kabupaten di wilayah Purabaya (secara kronologi, Purabaya adalah nama pertama yang digunakan untuk wilayah Kabupaten Madiun). Pada 18 Juli 1586 Sultan Pajang mengangkat adik iparnya, Pangeran Timur (putra bungsu Sultan Trenggana) sebagai Bupati Purabaya. Selain itu Bupati Purabaya juga merangkap jabatan sebagai Wedana Bupati Mancanegara Timur (pimpinan para bupati bawahan Pajang di wilayah timur). Berakhirlah tugas Kiai Reksa Gati sebagai pengawas wilayah Madiun.

Kekuasaan Pajang atas Purabaya berakhir ketika Mataram menguasai Purabaya. Awalnya Mataram merupakan wilayah kekuasaan Pajang. Ketika kepala daerah Mataram, Ki Gede Mataram wafat, dan kemudian Sutawijaya, salah seorang putra Ki Gede Mataram, ditunjuk sebagai pengganti oleh Sultan Pajang, Mataram mulai menunjukkan sikap ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang. Bahkan Sutawijaya, yang mendapat gelar “Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama” dari Sultan Pajang, berambisi menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar. Senapati melakukan perlawanan terhadap Pajang, dan berhasil menduduki keraton Pajang pada tahun 1587. Sejak itu Mataram terus melakukan ekspansi ke kerajaan-kerajaan bawahan Pajang dan kerajaan-kerajaan lainnya.

Dalam eskalasi situasi menuju pecah perang antara Purabaya dan Mataram, Pangeran Timur menyerahkan kepemimpinan tentara Kabupaten Purabaya kepada anak perempuannya, Retno Dumilah. Di bawah pimpinan Retno Dumilah, tentara Purabaya bergabung bersama tentara sekutu dari eks-Mancanagara Timur, yaitu Kabupaten Surabaya, Ponorogo, Pasuruhan, Kediri, Kedu, Brebek, Pakis, Kertosono, Ngrowo, Blitar, Trenggalek, Tulung, Jagaraga dan Caruban.

Berkumpulnya pasukan eks-Mancanegara Timur di Purabaya tersebut dilatarbelakangi perubahan hegemoni politik Pajang pasca wafatnya Sultan Trenggana. Menjelang runtuhnya kekuasaan Pajang, kerajaan-kerajaan di Mancanegara Timur melepaskan diri dari Pajang menjadi kerajaan merdeka. Sementara itu Mataram aktif berekspansi hingga menguasai daerah Warung (Blora). Capaian Senapati di Blora membuat Purabaya merasa terancam, sedangkan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur melihatnya sebagai pangkal gerakan Senapati untuk menyerang Jawa Timur. Karena itu permintaan bantuan Bupati Purabaya kepada kerajaan-kerajaan di Jawa Timur untuk menghadang laju ekspansi, atau bahkan bila mungkin menghancurkan kekuatan Mataram, disambut baik. Terjadilah konsentrasi pasukan Jawa Timur di Madiun.

Di bawah pimpinan Retno Dumilah, pasukan gabungan Purabaya dan eks-Mancanegara Timur dapat melakukan pertempuran berlarut-larut. Namun dengan siasat yang lebih unggul, Senapati dapat mengalahkan mereka, dan Retno Dumilah menjadi tawanan.

Sebagai simbol kemenangan Mataram atas Purabaya, Senapati mengganti nama Purabaya menjadi Madiun pada 16 November 1590. Kemudian, untuk memperkuat legitimasinya atas Madiun, Senapati melakukan perkawinan dengan Retno Dumilah. Perkawinan politik itu menyebabkan derajat kebangsawanannya terangkat ke tingkat teratas karena menikahi cucu Sultan Trenggana.

Madiun dalam Kekuasaan BelandaPada masa pemerintahan Mataram, Kabupaten Madiun termasuk wilayah yang setia, tetapi antipati terhadap kekuatan asing (Belanda) yang ingin menguasai Jawa. Dalam sejarah, Madiun bersimpati pada perlawanan Trunojoyo terhadap Susuhunan Amangkurat I yang bekerja sama dengan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie/Perhimpunan Perusahaan India Timur), dan perlawanan Untung Suropati terhadap VOC.
Perjanjian Gianti pada 13 Februari 1755 memecah Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Kabupaten Madiun menjadi bagian dari wilayah Yogyakarta. Dalam periode pemerintahan Kesultanan Yogyakarta ini pecah Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Kabupaten Madiun berpihak kepada Pangeran Diponegoro. Karena itulah seusai perang Kabupaten Madiun ditempatkan di bawah administrasi pemerintah kolonial Belanda, dan tidak lagi menjadi bagian dari Kesultanan Yogyakarta. Pada 1 Agustus 1830 dibentuk Keresidenan Madiun dengan wilayah meliputi Kabupaten Madiun dan bekas Mancanegara Timur.
Di tangan pemerintah kolonial Belanda, liberalisasi diberlakukan di Pulau Jawa. Modal asing memasuki Kabupaten Madiun, kebanyakan dalam sektor industri gula. Saat itu gula menjadi primadona komoditas ekspor karena harganya tinggi di pasar dunia. Kondisi ini mendorong orang-orang Eropa lainnya dari berbagai profesi datang ke Kabupaten Madiun, termasuk ke ibukota Kabupaten Madiun. Jumlah penduduk dan luas wilayah hunian di ibukota Kabupaten Madiun makin berkembang. Berbagai infrastruktur dan fasilitas kota dibangun. Lambat laun penduduk Eropa merasa memerlukan sebuah wilayah yang dapat dikelola secara otonom.
Nama Madiun sebagai Kabupaten dan Swapraja
Sejalan dengan keluarnya Undang-Undang Desentralisasi pada tahun 1903 dan Gemeente Ordonnantie (Peraturan Gemeente) pada tahun 1906, wilayah kota yang dihuni mayoritas penduduk Eropa dan telah memenuhi persyaratan tertentu, mendapat status Gemeente (kotapraja) yang setingkat dengan kabupaten. Beberapa persyaratan tersebut, antara lain memiliki wilayah yang tetap, penduduk cukup banyak, fasilitas yang dibutuhkan warga
kota telah terpenuhi, dan adanya penguasa yang dapat menyelenggarakan pemerintahan. Gemeente merupakan daerah otonom yang berhak untuk mengatur dan mengurus beberapa bidang yang berkaitan dengan urusan internal daerah.

Secara implisit pembentukan gemeente bertujuan untuk memelihara kepentingan orang Eropa, khususnya Belanda. Sebagai orang asing, mereka membutuhkan tempat yang disesuaikan dengan lingkungan asalnya dan memerlukan aturan yang khusus dalam sistem pemerintahannya. Dengan demikian gemeente dapat disebut sebagai een westerse enclave (sebuah kantong masyarakat Barat).

Pembentukan Gemeente Madiun ditetapkan Gubernur Jenderal J. van Limburg Stirum atas nama Ratu Belanda dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie (Lembaran Negara Hindia Belanda) nomor 326 tanggal 20 Juni 1918. Dengan demikian untuk pertama kalinya terbentuk pemerintahan swapraja Kota Madiun yang terpisah dari Kabupaten Madiun.
Pemerintahan Gemeente dipimpin Burgemeester (walikota). Namun karena jabatan Burgemeester belum dibentuk, maka pada awal berdirinya Gemeente Madiun dipimpin oleh Asisten Residen Madiun, Ir. W.M. Ingenluyff, dan dilanjutkan oleh Mr. De Maand. Pada tahun 1927 baru terbentuk burgemeester yang dijabat oleh Mr. R.A. Schotman sampai tahun 1932. Pada masa pendudukan tentara Jepang (1942-1945), status kotapraja dipertahankan, tetapi nama kotapraja diubah ke dalam bahasa Jepang menjadi “Syi”, sedangkan jabatan walikota disebut syicho. Status kotapraja ini dilanjutkan pada masa Republik Indonesia dengan beberapa perubahan nama, yaitu Kota Besar (UU No. 22 Tahun 1948), Kotapraja (UU No. 1 Tahun 1957), Kotamadya (UU No. 18 Tahun 1965), Kotamadya Daerah Tingkat II (UU No. 5 Tahun 1974), dan Kota (UU No 22 Tahun 1999).
Nama-nama kepala daerah Kota Madiun sejak masa Hindia Belanda sampai tahun 2010 adalah sebagai berikut:1. Ir. W.M. Ingenluyff (Asisten Residen, 1918)2. Mr. De Maand (Asisten Residen)3. Mr. R.A. Schotman (Burgemeester, 1927 s/d 1932)4. Mr. Boerstra (Burgemeester, 1932)5. Mr. Van Dijk (Burgemeester) dan Ali Sastroamidjojo (Loco Burgemeester)6. Dr. Mr. R.M. Soebroto (Syicho, 1942 s/d 1945)7. Mr. R. Soesanto Tirtoprodjo (Walikota)8. Soedibjo (Walikota)9. R. Poerbosisworo (Walikota)10. Soepardi (Walikota)11. R. Mochamad (Walikota, 1948 dari Divisi Siliwangi)
12. R.M. Soediono (Walikota)13. R. Singgih (Walikota)14. R. Moentoro (Walikota)15. R. Roeslan Wongsokoesoemo (Walikota)16. R. Soepardi (Walikota)17. Soemadi (Walikota)18. Joebagjo (Walikota)19. R. Roekito, B.A. (Walikota)20. Drs. Imam Soenardji (Walikota, 13 November 1968 s/d 19 Januari 1974)21. Achmad Dawaki, B.A. (Walikota, 19 Januari 1974 s/d 19 Januari 1979)22. Drs. Marsoedi (Walikota, 20 Januari 1979 s/d 20 Januari 1984)23. Drs. Marsoedi (Walikota, 20 Januari 1984 s/d 20 Januari 1989)24. Drs. Masdra M. Jasin (Walikota, 20 Januari 1989 s/d 30 Maret 1994)25. Drs. Bambang Pamoedjo (Walikota, 30 Maret 1994 s/d 7 April 1999)26. Drs. H. Achmad Ali (Walikota, 7 April 1999 s/d 29 April 2004)27. Kokok Raya, SH, M.Hum. (Walikota, 29 April 2004 s/d 29 April 2009)28. H. Bambang Irianto, SH, MM (Walikota, 29 April 2009 s/d 29 April 2014)

Julukan Kota


  • Kota Brem
    • Dikarenakanan makanan Brem merupakan makanan khas Madiun yang telah dikenal masyarakat luas.
  • Kota Pecel
    • Madiun mendapat julukan kota pecel karena mempunyai makanan Nasi pecel makanan khas yang bergizi untuk kesehatan
  • Kota Sastra
    • Kota Sastra juga menjadi julukan Kota Madiun karena para pelajar di sini sangat pintar berprestasi di bidang sastra.
  • Kota Sepur (Kota Kereta Api)
    • Madiun dikenal kota sepur atau kota kereta api, hal ini dibuktikan dulu Madiun merupakan arus lalu lintas kereta api yang ramai.
  • Kota Pelajar
    • Kota Pelajar ini juga menjadi julukan kota Madiun karena banyak pelajar dari luar kota yang belajar di Kota Madiun sehingga menimbulkan kota Madiun kepadatan pelajar.
  • Kota Budaya.
    • Kota Madiun merupakan kota pewarisan budaya yaitu Budaya Pencak Silat Setia Hati.
  • Kota Gadis(Perdagangan, Pendidikan dan Industri)
    • Kota Madiun merupakan kota industri yaitu Industri Kereta Api dan Industri Gamping.


Sumber:
de Graaf, H.J dan Th.G.Th. Pigeaud. 1989. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa; Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Terjemahan Pustaka Utama Grafiti dan KITLV. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun. 1980. Sejarah Kabupaten Madiun. Madiun: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun.
de Graaf, H.J. 1985. Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati. Terjemahan Grafiti Pers dan KITLV. Jakarta: PT Grafiti Pers.
Pemerintah Kota Madiun. 2003. Buku Penetapan Hari Jadi Pemerintah Kota Madiun. Madiun: Pemerintah Kota Madiun.

Upil [guyonan]

Jika ngupil adalah sesuatu yang jorok, berarti ogut termasuk orang yang lumayan jorok. Hingga sekarang, ogut masih belum bisa menghilangkan kebiasaan ini. Ogut memang tak sering ngupil. Tapi untuk ukuran seorang yang sering buang air kecil di hotel berbintang, ogut tergolong pengupil tingkat lanjut. Seringkali ogut mengupil secara tidak sadar. Waktu kuliah, sepuluh tahun lalu, dosen biokimia pernah memergoki ogut ngupil saat kuliah berlangsung. Dan ogut membuat tulisan ini, tepat setelah ogut melemparkan upil terakhir.

Upil, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah ingus kering di hidung. Seandainya ogut ikut menyusun kamus, ogut akan mendefinisikan upil sebagai: sesuatu yang ukurannya kecil, hanya bisa diambil dengan cara dicungkil menggunakan jari yang paling centil, sering dipakai untuk jail oleh mereka yang usil. Apakah itu? (Seperti main tebak-tebakan).

Buat ogut pibadi, ngupil seperti mengisap rokok buat para perokok. Ngupil biasanya paralel dengan kreativitas. Ogut kadang-kadang (= tak sering) menulis sambil ngupil. Sembari ngupil, ogut berpikir untuk mencari ide. Begitu ide telah ketemu, biasanya ogut berhenti ngupil, kemudian melemparnya dengan sekali selentik, lalu menulis lagi. Seperti yang ogut lakukan saat membuat guyonan ini.

Karena ukurannya yang pasti kecil, kata upil sering dipakai sebagai kata sifat pengganti kata kecil. Jambu yang kecil disebut jambu seupil. Masalah kecil disebut masalah seupil. Dengan aturan ini, kalimat “Anak kecil ngupil. Upilnya kecil-kecil” bisa diganti menjadi “Anak seupil ngupil. Upilnya seupil-upil.” Bingung kan? Makanya jangan suka ngupil.
Omong-omong soal upil, di Surabaya dan sekitarnya, ada satu jenis krupuk, namanya krupuk upil. Ogut tak punya pengetahuan tentang sejarah nama ini. Yang jelas, krupuk upil biasanya bulat kecil-kecil (seupil-upil), dimakan bersama petis yang warnanya sama dengan warna upil, teksturnya sama dengan tekstur ingus, dan rasanya sedikit asin (upil juga punya citarasa ini).

Jorok!

Ogut tahu, Anda mengucapkan kata ini di dalam hati. Mohon maaf! Ini memang salah satu tabiat ogut: kadang jorok, kadang religius; kadang nglawak, kadang serius; kadang ngomong jelek, kadang bagus; kadang goblok, kadang jenius; kadang cuek, kadang misterius; kadang otaknya bengkok, kadang lurus; kadang khusyuk, kadang nggedabrus, kadang naik ojek, kadang naik bus; .....

Sabtu, 23 April 2011

Santri Metropolis Belajar Menjadi Bijak

Gaji Minimal Untuk Menikah

 
Seorang temen pernah bertanya
“eh, kalo gw nikah tapi dengan gaji gw yang cuma Rp#### bisa ga ya?
hmmm…..

Maka dari pertanyaan itu dibuat survey asal, dan berikut adalah daftar
pengeluaran standar bulanan setelah merit
Sekedar berbagi aja, buat temen2 yang mungkin juga mengalami
‘Matery after merit phobia syndhrome’

Daftar anggaran bulanan
(asumsi :disusun berdasarkan skala proritas,disusun dengan sangat2 relatif,
dan berdasarkan basic needs standar menengah ke bawah)
1. Makan

Dengan asumsi sekali makan adalah 5000
Maka makan 3x sehari,kali 2 orang (karena lagu sepiring berdua cuma
berlaku pada saat pacaran ajah), kali 30 hari adalah *Rp900.000*

Tips
Rajin2 ke kondangan atau sunatan, dan bawa pulang nasi kotaknya
Pasti lebih ngirit
2.Kontrakan

Dengan asumsi masih ngontrak di rumah petak, yang punya uda botak, tapi
masih galak, dan punya anjing belum jinak
Maka dana untuk kontrakan sekitar *500.000/bulan*

Tips
Tinggallah di Pondok Mertua Indah
Niscaya 2 dana diatas gak akan pernah ada
Di pondok mertua indah, anda akan bebas makan apa aja, termasuk ‘makan ati’
(^__^)
3. Listrik dan Air

Dengan asumsi daya listrik 900 watt dan pake jetpam maka anggaran untuk
listrik adalah *100.000/bulan*

Tips
Jangan pake AC, cukup AC (angin cendela)
Jangan suka main Plestesyen, cukup main monopoli,sudamanda atau gaple ama
istri terasa lebih romantis
4. Transportasi

Dengan asumsi naik motor ke kantor, dengan motor yang paling irit rit
rit, maka untuk ongkos bensin dan servis adalah *100.000*

Tips
Gunakanlah Bensin campur!
(maksudnyah campur dorong, pasti lebih irit)
Atau ikutlah “Nebeng Fans Club”, dengan alasan mempererat silaturahmi dengan
yang ditebengi maka perjalanan berangkat dan pulang kantor akan terasa lebih
menyenangkan
5. Komunikasi

Dengan asumsi pake cdma yang 1000/menit maka untuk sebulan, ongkos
komunikasi berdua adalah *100.000*

Tips
Pakelah ‘FREN’ yang lebih murah
(maksudnya kalo mau nelpon atau sms tinggal bilang “Freeen…minjam HP nya
dong freen…”)
6. Keperluan sehari2

Seperti sabun,odol,syampu, dll dsb
Dengan asumsi tidak pake fesyel,krimbat, manikyur, pedikyur, kukyur2 maka
alokasi dana untuk ini sebesar *50.000*

Tips:
Mandi kalo perlu saja
Kalo dulu 2 kali sehari,jadi 2 hari sekali
Untuk ngirit odol kembalilah memakai tumbukan batu bata
7. Kesehatan

Seperti minyak kayu putih,vitamin, obat pusing (ini penting buat pengantin
baru wekekekek!), maka alokasi cadangan untuk kesehatan sebesar *50.000*

Tips
Jaga kesehatan
Jangan begadang…kalo tiada artinya…begadang bole saja…asalkan sambil
ronda
(halah!!)
8.Entertaiment

Nha ini kalo ada uang lebih aja, bisalaah sekali2 nomat,liat live music,
lari
pagi di monas, atau makan martabak sekali2

Jadii…
Dari asumsi basic needs diatas maka pengeluaran untuk tiap bulan adalah
sebesar :*
**1.800.000/ bulan*
(syeeett dah…masih gede juga ya)

Mungkin ini bisa jadi bahan pertimbangan temen2 ketika pengen nikah,
untuk kemudian dibandingkan dengan pemasukan yang ada.
Kalopun masih ‘besar pasak daripada tiang’
Anda bisa memperkecil pasak, atau memperbesar tiang…ataauu. ..ga usak pake
pasak, tapi dipaku aja!

Tapi ada 1 hal yang ga bisa dijelaskan dengan perhitungan ketika anda
memutuskan untuk menikah
(serius mode on*)
Yaitu, *berkah menikah*

Selalu, Tuhan akan mencukupi kebutuhan umatnya yang mau berusaha dan berdoa
Selalu bersukur dan percaya bahwa Tuhanlah raja dari segala raja akunting!

so, stop accounting, just do it!

Tentang Pacaran...

“Aih, Kenapa sih,…kok islam melarang pacaran?? Begitu keluhan fulanah.Buat Fulanah ia melihat ada sisi positif yang bisa diambil dari pacaran ini. Pacaran atau menurutnya ‘penjajakan’ antara dua insan lain jenis sebelum menikah sangat penting agar masing-masing fihak dapat mengetahui karakter satu sama lainnya (dan biasanya untuk memahami karakter pasangannya ada yang bertahun-tahun berpacaran lho!!).Fulanah menambahkan ,”Jadi dengan berpacaran kita akan lebih banyak belajar dan tahu, tanpa pacaran ?? Ibarat membeli kucing dalam karung!! Enggak deh…!” kemudian ia menambahkan “Bila suka dan serius bisa diteruskan ke pelaminan bila tidak ya,..cukup sampai disini..bay-bay!!, Mudahkan?”…hmm…Fulanah tidakkah engkau melihat dampak buruk dari berpacaran ini, ketika masing-masing fihak memutuskan berpisah??...Fulanah apakah engkau yakin benar apabila “putus dari pacaran” hati ini tidak sakit? Benarkah hati ini bisa melupakan bekas-bekas dari pacaran itu? Tidakkah hati ini kecewa, pedih, atau ikut menangis bersama butiran air mata yang menetes?? Sulit dibayangkan!Karena memang begitulah yang saya lihat didepan mata menyaksikan orang yang baru saja putus pacaran...

Bila memang kita tanya semua wanita muslimah seusia Fulanah (yang sedang beranjak dewasa) maka akan melihat ‘pacaran’ ini dengan sejuta nilai positif.Jadi, jangan merasa aneh bila kita dapati mereka merasa malu dengan kawannya karena belum punya pacar!!.. Duh,..kasihan sekali…Wahai ukhti muslimah…Mari kita telaah bersama dengan lebih dalam.Berdasarkan fakta yang ada, bila anda mau menengok sekilas ke surat kabar, tetangga sebelah atau lingkungan sekitar ,siapa sebenarnya yang banyak menjadi korban ‘keganasan’ dari pacaran ini? Wanita bukan??.. Bila anda setuju dengan saya, Alhamdulillah berarti hati anda sedikit terbuka.Ya,… coba lihat akibat dari berpacaran ini.Awalnya memang hanya bertemu, ngobrol bareng,bersenda gurau, ketawa ketiwi,lalu setelah itu??tentu saja setan akan terus berperan aktif dia baru akan meninggalkan keturunan Adam ini setelah terjerumus dalam dosa atau maksiat.Pernahkah anda ,.. mendengar teman atau tetangga ukhti hamil di luar nikah? Suatu klinik illegal untuk praktek aborsi penuh dengan kaum wanita yang ingin menggugurkan kandungannya? Karena sang pacar lari langkah seribu atau tidak mau kedua orangtuanya tahu? Atau pernahkah engkau membaca berita ada seorang wanita belia yang nekat bunuh diri minum racun serangga karena baru saja di putuskan oleh kekasihnya??Sadarkah kita, bahwa sebenarnya kaum hawalah yang banyak dieksploitasi dari ‘ajang pacaran ini?

Sungguh, islam telah memuliakan wanita dan menghormati kedudukan mereka.Tidak percaya??lihat hadits ini..”janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya”  (HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad).Islam melarang laki-laki untuk berduaan tanpa ada orang ketiga karena islam tidak menginginkan terjadinya pelecehan ‘seksual’ terhadap wanita.Sehingga jadilah mereka wanita-wanita muslimah terhormat dan terjaga kesuciannya.Untuk kaum laki-laki pun islam melarang mereka menyentuh wanita yang bukan mahramnya coba simak hadits ini “Sungguh bila kepala salah seorang ditusuk dengan besi panas lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”(HR.Thabrani, dalam Mu’jamul Kabir)

Nah, jelas bukan mengapa islam melarang pacaran??Bila memang seorang laki-laki ingin serius menjalin hubungan dengan seorang wanita, maka islam telah menyediakan sarananya, yaitu menikah.Karena islam Bukanlah agama yang kaku, maka islam menganjurkan kepada masing-masing fihak untuk saling berkenalan (ta’aruf).Tentu saja tidak berduaan lho,..harus ada pihak ketiganya.Setelah itu? Ya,.selamat bertanya tentang biografi calon pasangan anda,apabila kurang jelas, masih kurang yakin..islam menganjurkan mereka untuk shalat istikharah agar di berikan pilihan yang mantap yang nantinya insya Allah akan berakibat baik bagi dunia dan akhirat kedua belah pihak.Setelah mantap dan yakin akan pilihannya..kuatkan azzam (tekad), dan Bismillah…menikah..!! Indah bukan??

SUAMI:KETIKA ISTRIMU MENANGIS,GENGGAMLAH ERAT TANGANNYA


Jika isteri menangis dihadapanmu….
“hargai lah ia sblm terlewat…”
Jika seorang isteri menangis dihadapanmu,
itu bererti dia tidak dapat menahannya lagi…
Jika kau memegang tangannya saat dia menangis, dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu..
Jika kau membiarkannya pergi, dia tidak akan kembali menjadi dirinya yang dulu, selamanya!
Seorang isteri tidak akan menangis dengan mudah, kacuali didepan orang yang sangat dia sayangi, dia akan menjadi lemah!
Seorang isteri tidak akan menangis dengan mudah, hanya jika dia sangat menyayangimu.
Dia akan menurunkan rasa EGOnya.
Wahai suami2,
jika seorang istri pernah menangis karenamu, tolong pegang tangannya dengan penuh pengertian.
Kerana dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu disaat kau terpuruk terlalu dalam …
Wahai suami2, jika seorang isteri menangis keranamu, tolong jangan menyia-nyiakannya. Mungkin, kerana keputusanmu, kau merosakkan kehidupannya.
Saat dia menangis didepanmu, saat dia menangis keranamu. Lihatlah jauh kedalam matanya. Dapatkah kau lihat dan kau rasakan SAKIT yang dirasakannya keranamu ?
Apakah keistimewaan perempuan ini ? ”
Dibalik KELEMBUTANYA dia memiliki kekuatan yang begitu dahsyat..
TUTUR katanya merupakan KEBENARAN..
SENYUMAN’nya adalah SEMANGAT bagi orang yang dicintainya. .
PELUKAN & CIUMAN’nya bisa memberi KEHANGATAN bagi anak2nya..
Dia TERSENYUM bila melihat temannya tertawa..
Dia TERHARU Dia MENANGIS bila melihat KESENGSARAAN pd org2 yg dikasihinya. ..
Dia mampu TERSENYUM dibalik KESEDIHAN’nya. .
Dia sangat GEMBIRA melihat KELAHIRAN..
Dia begitu sedih melihat KEMATIAN..
TITISAN air matanya bisa membawa PERDAMAIAN.
Tapi dia sering dilupakan oleh SUAMI krn 1 hal…
Bahawa “Betapa BERHARGAnya dia”…
Sebarkan ini ke SELURUH ISTERI2 yg soleha dan SUAMI2 yang kamu kenal agar mereka tidak lupa bahwa ISTERI mrk
begitu berHARGA… Dan sangat berHARGA.